TERNATE, TERBITMALUT.COM — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate menegaskan komitmennya dalam menyelesaikan masalah sampah dari hulu. Selama ini, penanganan sampah masih bertumpu pada pola lama yakni angkut dan buang.

Karena, saat ini hanyabada enam Depo Transfer yang tersebar di beberapa kecamatan hanya berfungsi sebagai titik kumpul sebelum sampah diangkut ke TPA Takome. Akibatnya, volume sampah terus menumpuk tanpa ada proses pengolahan dan reduksi.

Sebagai langkah terobosan, DLH Kota Ternate kini menyiapkan transformasi besar dengan menjadikan Depo Transfer sebagai Depo Olah. Konsep ini akan mengubah wajah pengelolaan sampah di Ternate: sampah yang masuk tidak lagi dibiarkan menumpuk, melainkan dipilah dan diolah agar yang sampai ke TPA hanyalah residu.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Kota Ternate, Syarif Tjan menjelaskan bahwa enam Depo Transfer akan ditingkatkan fungsinya menjadi mini pabrik pengolahan sampah.

“Di setiap Depo Olah, sampah organik akan diubah menjadi kompos dan pakan maggot. Sementara sampah anorganik yang sulit dipilah akan dimanfaatkan menjadi bahan baku briket, paving block, dan batako. Dengan begitu, sampah tidak lagi berakhir sia-sia, tapi bernilai guna,”ujarnya.

Langkah ini sejalan dengan salah satu program prioritas Wali Kota Ternate, yakni Peningkatan Pengolahan Sampah Secara Partisipatif.

“Sehingga, program ini menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam memilah, mengolah, dan memanfaatkan sampah sejak dari rumah tangga,”jelasnya.

Dengan konsep Depo Olah, DLH berupaya menghadirkan ruang partisipasi warga secara nyata sampah rumah tangga yang sudah dipilah akan lebih mudah diolah dan memberi manfaat langsung.

“Saat ini kami memulai dari Depo Transfer Tubo. Disana akan kami buat Depo Olah pertama. Saat ini kami sedang membangun Rumah Maggot di Depo Tubo sebagai langkah awal kami dalam upaya mereduksi sampah organik,”terangnya.

“Harapan kami, masyarakat tidak lagi melihat sampah sebagai sumber masalah, tapi sebagai sumber daya. Kalau Depo Olah berjalan baik, volume sampah yang masuk ke TPA Takome bisa berkurang drastis,”pungkasnya.

Karena sudah terolah di Depo Olah dan lingkungan kita lebih terjaga. Jadi kalau sehari 10 ton yang masuk di Depo Transfer maka paling tidak 1 ton saja yang di bawa ke TPA sebagai residu.

“Semua ini tidak bisa berhasil tanpa dukungan penuh dari masyarakat,”bebernya.

Transformasi Depo Transfer menjadi Depo Olah ini bukan hanya solusi teknis, tetapi juga wujud nyata implementasi visi Walikota dalam membangun Ternate yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan melalui partisipasi masyarakat. Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, Kota Ternate diyakini mampu menjadi contoh kota pulau dengan sistem pengelolaan sampah modern dan ramah lingkungan. (**)

Editor : Uku

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *