TERNATE, TERBITMALUT.COM — Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Ternate, Dr. Rizal Marsaoly membuka secara langsung pelaksanaan Rapat Koordinasi (Rakor) dan Evaluasi Stunting bertempat di aula kantor Wali Kota Ternate, pada Selasa (12/11/2024).

Kegiatan tersebut turut dihadiri Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB), para pejabat administrator dan fungsional DPPKB serta kader pendamping keluarga (TPK) pada keluarga resiko stunting.

Di kesempatan itu, Rizal Marsaoly dalam sambutannya menyampaikan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis 1.000 hari pertama kehidupan.

“Stunting disebabkan banyak faktor, salah satu, kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang. Termasuk, faktor yang dipengaruhi pada pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1000 hari kehidupan,”ucap Rizal.

Menurut Rizal, anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih pendek dari standar nasional yang berlaku. Sehingga, rakor dan evaluasi Stunting merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan Pemerintah Daerah.

“Guna memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi penurunan dan pencegahan stunting yang dilakukan secara konvergen dapat berjalan dengan baik,”tegasnya.

Pelaksanaan Rakor Stunting ini, lanjut Rizal, bagian dari implementasi 8 Aksi Konvergensi yang diawali dengan Aksi Analisis Situasi, Penyusunan Rencana Kegiatan dan Rembug Stunting hingga pada aksi Review Program Percepatan Penurunan Stunting di Kota Ternate.

“Rakor dan Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting pada hari ini memiliki nilai penting untuk menilai sejauh mana capaian perangkat daerah dalam mendukung percepatan penurunan stunting di Kota Ternate. Ini adalah bagian dari sebuah komitmen yang harus dilaksanakan untuk menurunkan stunting di Kota Ternate,”ungkapnya.

Rizal menambahkan, posisi Angka Stunting Kota Ternate pada tahun 2021 berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) berada pada angka 24 persen dan pada tahun 2022 turun menjadi 17,07 persen, sedangkan pada tahun 2023 naik menjadi 21,1 persen.

“Terjadi kenaikan pada tahun 2023 dikarenakan menggunakan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dengan tambahan indikator yang dinilai dan berbeda dengan menggunakan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI),”paparnya.

Oleh karena itu, kondisi ini, menjadi catatan penting untuk dilakukan evaluasi terhadap percepatan penurunan stunting di Kota Ternate ke depannya.

“Karena, optimalisasi percepatan penurunan stunting perlu dilakukan melalui kinerja intervensi sensitif dan intervensi spesifik yang dilakukan oleh perangkat daerah yang masuk dalam Tim Percepatan Penurunan stunting Kota Ternate,”pungkasnya. (Uku)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *