
TERNATE, TERBITMALUT.COM — Hasil uji sampel penyebab kematian ikan di perairan Kelurahan Sasa, Kota Ternate, Maluku Utara dari Water Laboratory Nusantara (WLN) Manado, telah keluar.
Untuk itu, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (P2KL) DLHK Kota Ternate, M. Syarif Tjan mengatakan, ada 5 Parameter yang melebihi baku mutu, berdasarkan hasil uji sampel dari Water Laboratory Nusantara (WLN) Manado.
Diantaranya, parameter BOD dengan baku mutu 20 mg/l, naik menjadi 26 mg/l, parameter Nitrat (NO3) dengan baku mutu 0,06 mg/l mengalami kenaikan 0,37mg /l, parameter Amonia (NH3) dengan baku mutu 0,3 mg/l naik menjadi 2,72 mg/l, parameter ortho phosphate (OPO4) dengan baku mutu 0,15 mg/l naik 0,412 mg/l, dan parameter Hidrogen Sulfida (H2S) dengan baku mutu 0,01 mg/l naik 0,400 mg/l.
Sehingga, dengan meningkatnya nilai beberapa parameter-parameter ini, salah satunya parameter Hidrogen sulfida (H2S) yang terbentuk dari proses dekomposisi bahan organik.
“Jadi salah satu penyebab ikan mati adalah meningkatnya parameter Hidrogen Sulfida (H2S) yang melebihi baku mutu,” katanya saat dikonfirmasi Terbitmalut.com Kamis, (28/9/2023).

Menurutnya, Hidrogen sulfida (H2S) berasal dari dalam lumpur/sedimen yang terbentuk dalam kondisi anaerob akibat dekomposisi limbah organik yang terakumulasi bertahun tahun.
“Karena di lokasi kejadian (pantai Sasa) sirkulasi air mengalami penurunan karena letaknya di belakang breakwater, sehingga proses pembentukan lumpur dan sedimen sangat cepat,”ungkapnya.
Dikatakannya, pantai Kelurahan Sasa juga juga terdapat 3 muara barangka, yang pada saat hujan akan membawa sedimen dari darat termasuk limbah.
“Jadi H2S terbentuk dalam sedimen di sekitar pantai Sasa berasal dari limbah organik, saat H2S terangkat ke permukaan itulah yang menyebabkan ikan mati,”pungkasnya.
Kabid juga menyanyi, akan ada langkah teknis yang dilakukan oleh Pemerintah, melalui DLHK, yakni dilakukan pembersihan sampah di barangka, kegiatan Industri UKM pabrik Tahu yang mempunyai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) akan dilakukan pendampingan untuk memaksimal.
Kemudian, harus ada penambahan bak pengolahan tahu. Dan limbah cair pabrik tahu tidak di buang ke laut, tapi bisa dimanfaatkan seperti gas mektan atau bahan bakar.
“Selanjutnya akan dilakukan penanaman Mangrove, yang bisa mereduksi limbah organik, bisa memproduksi oksigen dan menurunkan karbondioksida di udara. Bahkan kita juga menghimbau kepada masyarakat, agar tidak lagi membuang sampah sembarangan di dalam barangka (kali mati),”tambahnya. (**)
Penulis : Sukur