
TERNATE, TERBITMALUT.COM — Jadi Pembicara pada kegiatan Indonesia Creative Cities Network (ICCN) di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan Wali Kota Ternate, Dr. M. Tauhid Soleman, sampaikan integrasi ekonomi kreatif dan nilai lokal dan penguatan city branding Ternate Kota Rempah.
Kegiatan yang berlangsung di Hotel Galaxy Kota Banjarmasin ini, pada Kamis, (19/10/2023) kemarin yang dihadiri oleh 260 perwakilan jejaring kota/kabupaten kreatif, Pemerintah daerah, dunia usaha, akademisi, media, serta aggregator.
Tauhid menyampaikan ada beberapa langkah strategis yang diambil Pemerintah Kota Ternate dalam membangun integrasi ekonomi kreatif dan nilai lokal dan penguatan city branding Ternate Kota Rempah.
Menurutnya, tindakan tersebut merupakan upaya Pemkot untuk mengkonversi narasi rempah sebagai “Local Pride” yang bernilai sosial, budaya dan ekonomi.
“Karena Ternate adalah tungku peradaban yang terdapat rempah, sehingga kita sangat bangga Ternate sebagai Kota Rempah bukan karena penjajah masuk ke Ternate, namun dimulai dari Ternate Indonesia bisa maju seperti saat ini,”ucapnya.

Pemerintah saat ini, kata Tauhid, hanya berperan sebagai fasilitator, karena peran-peran kekuasaan semakin hari semakin berkurang karena sebagian besar peran diambil civil society untuk menguatkan demokrasi, menguatkan ekonomi serta pemberdayaan.
“Maka saat ini kurang lebih delapan puluh komunitas yang tumbuh subur di Ternate dan kita terus mensinergikan kreatifitas yang telah dibangun oleh komunitas dengan program kebijakan pemerintah,”ungkapnya.
Pemkot Ternate, Lanjut Wali Kota, terus memberikan ruang dan tempat kepada komunitas sebagai sebuah ekosistem untuk melahirkan produk kreatif yakni ekonomi kreatif, UMKM dan Pariwisata.
Hal Ini dibuktikan dengan terbitnya Surat Keputusan Wali Kota Ternate Nomor 85 Tahun 2021 Tentang Pemanfaatan Benteng Fort Orange untuk Komunitas sebagai pusat kreatif.
Bahkan untuk mewujudkan program Pemerintah Kota Ternate, Wali Kota mendorong pelaksanaan musrenbang tingkat komunitas.
“Karena perencanaan tidak selamanya bersifat masif namun bisa secara elitis, maka Pemerintah memberikan ruang pada komunitas untuk melahirkan ide dalam wadah musrenbang tingkat komunitas,” pungkasnya. (**)
Penulis : Sukur