ads

“Respect to Malut United FC”

Oleh;

Bung Opickh (Penulis Buku)

LAMA tak menulis sepakbola, bukan karena tak suka bola tetapi saya sempat kecewa dengan model dan gaya pengelolaan sepakbola sebelumnya di provinsi Maluku Utara. Kali ini, saya pengen menulis sedikit deskripsi yang mungkin tidak secara total menampilkan jejak substansi dari dinamika kekinian. Tetapi, setidaknya ada respect yang ingin penulis sampaikan, juga semacam lembaran penilaian yang disodorkan.

Di era 2000an ada Persiter Ternate yang mewakili Maluku Utara tampil di kasta terbaik liga Indonesia. Sempat berlayar jauh sampai ke Brazil untuk mencari tambahan senjata pamungkasnya, bahkan sampai pelatihnya pun dari Brazil. Hebatnya Persiter saat itu, tapi sayangnya tak bertahan lama, mungkin sama dengan periode kepemimpinan Walikota (5 tahun saja).

Badai datang selih bergati kapal tak mampu bertahan, tingelam, karam. Persiter terdekradasi. Jatuh, terkapar, terseret dan kesaktiannya hilang seperti Wiro sableng kehilangan Kapak mautnya. Memang masih ada Persiter hari ini, tapi tak se-Spartan seperti dulu di masa kejayaannya. Ia butuh ramuan khusus atau rorano untuk kembali pulih dan sakti.

Setalah Persiter Ternate, ada si Gorango Pasifik sebagai pendatang baru tahun 2018 yang bermarkas di Pulau Morotai, “Morotai United. Kemunculannya sempat memberi harapan, debutannya di liga 3 sampai tembus liga 2, terlihat mulai bersaing dengan Persiter tetapi tak tembus liga 1, lalu ia padam dan layu juga seiring berakhirnya kepemimpinan mendiang Benny. Hanya saja, namanya menghilang ditelan Covid 19. Semangatnya tak sekekar dulu, seperti cowok yang sedang putus cinta. Butuh konseling untuk bangkit kembali.

Di saat yang bersamaan, ketika semua klub di Malut terkapar, tak ada satupun yang mewakili Maluku Utara untuk bermain di kasta terbaik liga Indonesia. Problematika sepakbola kian memburuk; kontradiksi keputusan wasit, lesman dan faktor implisit lainnya yang merambah nyaris di semua klub sepak bola malut.

Puncaknya di tragedi di Halmahera Selatan, sepakbola terseret dalam dominasi kekuasaan. Publik sudah kehilangan semangat, harapan dan kepercayaan terhadap sepakbola. Bahwa kalau pengelolaan model begini, sampe kiamat-pun Maluku Utara tidak akan pernah maju.

Lalu tiba-tiba pada tahun 2023, ada kabar dari lereng gunung Gamalama. Sebuah klub terbentuk infonya merembes sampai ke pelosok desa, melewati jalan-jalan yang berlubang, kapal yang tiketnya mahal, sopir angkut yang kesulitan BBM pun bercerita tentang sebuah klub baru namanya “Mulut United”. Bang Asghar Saleh menjadi stasiun utama pemberi kabar, semua hal tentang Malut united selalu terpajang di dinding FB, Tiktok, Twitter dan IG-nya. Bang Semua ihwal tentang Malut United tanyakan saja ke Bang Ga, begitu kata teman.

Malut United FC, nama yang berkelas. Mendengarnya seakan kita pergi ke Eropa era 1999 ketika Manchester united berjaya. Atau lebih jauh lagi abad 19 saat Inter Milan dibentuk dengan semangat mendatangkan pemain-pemain dunia ke Italia. Di tangan penyabar sang arsitek Imran Nahumarury, tim Laskar Kie Raha yang bermarkas di kota Tara No Ate (Ternate). Dengan yel “Toma” pemberani, siap menebas lawan, berhasil menghipnotis publik Maluku Utara. Mengembalikan kejayaan, menghadirkan kembali harapan dan sukses menjadikan Malut United menjadi rajanya sepakbola di tanah para raja.

Meskipun di awal-awal para pencinta sepakbola meragukan Imran, karena beberapa kali mengalami kekalahan di kandang sendiri. Protes dan bullying datang dari berbagai penjuru tapi dia tau itulah resiko dalam menjadi peracik strategi. Bagi saya itu dinamika sepakbola, kalah kandang itu ibarat seorang gladiator yang dipukul lalu jatuh tersungkur, terseret di depan ribuan penggemarnya. Itu memalukan.

Sebaliknya kemenangan kandang adalah kebanggaan bagaikan sebuah atraksi pedang yang menakjubkan di mainkan Achilles di pertempuran Troya. Disisi lain, dukungan PT Mineral Trobos juga tak boleh diabaikan, ia adalah satu-satunya sponsor yang berani dan tulus dalam mendorong kemajuan sepakbola di Maluku Utara akhir-akhir ini. Seperti perusahaan Emirates yang memback up Real Madrid di Spanyol.

Kini Malut United FC berhasil menjadi tim kesayangan Maluku Utara dan menjadi salah satu tim favorit di benak rakyat Indonesia yang berlagak di liga 1 musim ini. Saya kira pencapaian hari ini adalah hasil kerja keras manejemen, pelatih, CEO dan semua pemain serta ada doa dari suporter dan masyarakat Maluku Utara.

Menduduki posisi klasemen ketiga bukan hal yang mudah, ini bukan magic bukan pula pakatan tetapi buah dari strategi, taktik dan kualitas pemain serta manejemen. Adalah dari langkah kecil, proses yang matang dan pemahaman yang luas tentang sepakbola modern. Mencari bibit terbaik lokal, lalu mendatangkan pemain asing merupakan kolaborasi antara semangat kedaerahan dan kemampuan melihat peluang.

Saya setuju jika Malut United didominasi pemain asing, tak jadi soal asalkan itu bertalenta. Ini sebuah proses yang disengaja untuk memberikan efek positif terhadap sepakbola lokal dan membesarkan nama Maluku Utara di kanca nasional dan internasional. Yang terpenting adalah kita harus juara di musim selanjutnya. Kata Hector Kuper “aku tak butuh permainan cantik yang aku butuhkan adalah Gool dan kemenangan”.

Gool semata wayang Wahyu Prasetyo di menit ke-65 tadi malam berhasil menaklukkan tim calon juara yang tak terkalahkan tapi kalah di tangan Imran dan CS-nya. Itu kereen banget. Persib kaget, Kho kita bisa kalah ya? Ya iya lah karena Malut united terasa tim Eropa. Seakan tak percaya jika Malut United sehebat ini. Ibarat diserang di waktu fajar menyingsing, Bandung belum siap tapi serang telah datang dan Mulut pemenangnya.

Meski musim ini tak juara tapi sebagai pendatang baru patut di diberikan jempol. Karena 13 pertandingan tak terkalahkan, melaju di putaran 31 menang dan tembus klasemen papan atas pringkat ke 3 adalah dasyat. We all, respect to Malut United. Baru tapi di huni para senior, bertabur bintang, bermodal semangat kesatria. “Tomaaa” adalah kata yang mengandung magic, kata yang seperti partikel super dalam teori “multiverse kuantum”.

Terima kasih atas semua dedikasinya: kepada sang pelatih, pemain, CEO, menajemen dan sponsor Mineral Trobos. Spesial for bang Asghar Saleh, thanks for everything you give to North Moluccass. Doa masyarakat Maluku Utara bersama kalian, semoga musim depan bisa menjadi juara di liga 1.

“Ini bukan tentang rekor, Ini tentang kebersamaan, Ini tentang hati yang ikhlas, Ini tentang kebanggaan tanah dodomi,”kata Asghar Saleh.

#MalutUnitedFC

#Tomaaa

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *