ads
ads

TERNATE, TERBITMALUT.COM — Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Khairun Ternate memanfaatkan cumi sebagai bahan untuk pembuatan kerupuk dengan kegiatan Pelatihan ‘’Pengolahan Kerupuk Cumi dengan Kelompok UMKM Dafala Kota Ternate,”.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Juli 2024 lalu di Teras Cerdas Kelurahan Togafo, Kecamatan Ternate Barat Kota Ternate yang di Ketuai Yuyun Abubakar dan Anggota DR. Rugaya H.Sero-sero serta Pemandu acara adalah DR. Salim Abubakar dan Dosen MSP diantaranya Koordinator Prodi ibu Sunarti, Rina, Ariyati H Fadel dan Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh Kelompok Binaan ‘’UMKM DAFALA’’ dan ibu-ibu nelayan di Kelurahan Togafo dengan jumlah peserta 20 orang.

Cumi-cumi (Loligo sp) merupakan salah satu sumber daya perikanan dari kelas Cephalopoda yang memiliki nilai ekonomi penting. Kelas Cephalopoda terdiri dari beberapa kelompok yang banyak dikonsumsi yaitu cumi-cumi, sotong, dan gurita.

Cumi-cumi merupakan komoditas perikanan komersial penting yang banyak ditemukan di wilayah pesisir Asia. Dan Maluku Utara merupakan salah satu daerah potensial untuk penangkapan cumi-cumi di Kota Ternate (perairan Togafo dan sekitarnya) dengan tingkat pemanfaatan yang berbeda, dari sumber daya ini dapat mempengaruhi kondisi stoknya di alam.

Foto Bersama Kelompok UMKM Dafala Kota Ternate.

Untuk itu, Yuyun Abubakar menyampaikan, berdasarkan hasil penelitian, hasil terbaik produk kerupuk cumi memiliki kandungan gizi tiap 100 gr yaitu protein 16,81 gr, lemak 1,58 gr, vitamin B 4,15 mg/100gr dan fosfor 98,50 mg/100 gr. Kandungan gizi daging cumi-cumi (Loligo Sp) per 100 gram yaitu: energi 75 Kkal, protein 16,1 gram, lemak 0,7 gram, dan karbohidrat 0,1 gram. Daging cumi-cumi (Loligo sp) memiliki kelebihan air dibanding dengan hasil laut lain, tidak ada tulang belakang, mudah dicerna, memiliki rasa yang khas serta mengandung semua jenis asam amino yang diperlukan tubuh.

“Karena, Cumi-cumi segar akan lebih cepat membusuk dan tidak tahan lama tanpa mendapatkan perlakuan apapun. Oleh karena itu, dilakukan upaya pengolahan cumi agar dapat dikonsumsi dalam jangka waktu lebih lama, salah satunya diolah menjadi kerupuk dengan tujuan untuk menambah nilai jual dan mencegah agar produk perikanan tidak mudah busuk,”katanya seperti rilis diterima Terbitmalut.com Sabtu, (28/9/2024).

Menurut dia, Kelurahan Togafo adalah kelurahan yang di pesisir yang yang terdiri atas kelompok masyarakat yang heterogen. Karena, masyarakatnya memiliki sumber mata pencaharian sebagai pegawai negeri, swasta, petani dan nelayan. Hasil tangkapan nelayan juga bervariasi, dan salah satu hasil tangkapan yang diperoleh adalah cumi.

Dengan potensi cumi-cumi yang ada di perairan Togafo dan sekitarnya, hanya dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan untuk dijual ke pasar dalam bentuk segar. Hasil tangkapan nelayan ini berfluktuasi berdasarkan musim, sehingga pada musim puncak penangkapan jumlah hasil melimpah dan menyebabkan harga jual di pasaran menjadi rendah (murah).

“Maka dengan kegiatan pengabdian ini menggunakan kelompok ibu-ibu yang diberi nama Dafala sebagai mitra. Kelompok ini sebelumnya telah memiliki keterampilan dalam melakukan pengolahan beberapa hasil perikanan seperti ikan dan hasil pertanian seperti sirup Pala dan selai pala. Dengan pengalaman mengolah ikan dan pala tersebut maka ibu-ibu kelompok Dafala dijadikan atau dipilih sebagai mitra dalam kegiatan pengabdian ini,”terangnya.

Melalui kegiatan ini, lanjutnya, dapat meningkatkan keterampilan mitra dalam mengolah produk hasil perikanan dan menjadi sumber pendapatan baru bagi anggota kelompok. Keunggulan kegiatan pemberdayaan masyarakat ini adalah menggerakkan partisipasi aktif masyarakat (kelompok mitra) diawali dengan penjelasan tentang potensi sumberdaya yang dimiliki dan peluang pengembangan diversifikasi olahan untuk meningkatkan pendapatan kelompok mitra.

Pelatihan Pengolahan Kerupuk Cumi dengan Kelompok UMKM Dafala Kota Ternate.

“Produk yang ditawarkan ini sangat sederhana pengerjaannya sehingga diharapkan mitra dapat mengolahnya dengan baik pasca kegiatan pengabdian ini. Diversifikasi olahan merupakan masalah mitra yang digunakan,”jelasnya.

Ia menambahkan, belum banyak pengetahuan yang dimiliki untuk mengolah berbagai sumberdaya perikanan yang menjadi hasil tangkapan nelayan di lingkungannya maupun hasil perikanan di Kota Ternate. Karena, banyaknya sumberdaya perikanan khususnya non ikan yang ada di Maluku Utara memberikan peluang untuk dibuat inovasinya.

Salah satunya, inovasi yang diperkenalkan dalam pengabdian ini adalah pembuatan kerupuk dari cumi. Untuk mengatasi masalah tersebut, diversifikasi produk dapat dilakukan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kemudian, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah membuat inovasi olahan cumi menjadi kerupuk sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi bagi nelayan.

“Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memberdayakan kelompok ibu-ibu Dafala untuk mengolah produk kerupuk cumi yang berasal dari hasil tangkapan nelayan di daerahnya,”ungkapnya.

Yuyun juga mengatakan, masalah utama yang dihadapi mitra adalah rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan cumi sebagai kerupuk. Dan Mitra hanya mengetahui cara masak cumi hasil tangkapan nelayan.

Maka untuk meningkatkan peluang bisnis dari cumi bagi masyarakat yang belum diketahui. Tujuan kegiatan PKM adalah memberikan tambahan pengetahuan kepada mitra tentang diversifikasi olahan sumberdaya perikanan. Dengan memperkenalkan metode pengolahan kerupuk dari cumi sebagai bahan bakunya. Melatih mitra cara mengolah cumi menjadi kerupuk.

“Termasuk, memfasilitasi peserta dengan alat dan bahan yang diperlukan dalam menghasilkan produk (kerupuk) dengan menggunakan cumi,”pungkasnya.

Sementara itu, Lurah Togafo, Rustam Dawala berharap kegiatan pelatihan ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta meningkatkan pendapatan masyarakat.

“Sehingga, besar harapan kami semoga dengan ada kegiatan pengolahan kerupuk cumi bisa memotivasi dan semangat masyarakat dalam mengelola sumberdaya non ikan ini,”harapnya.

Ia mengakui bahwa warganya sangat terbantu dengan inovasi produk ini, sehingga mereka berharap masyarakat bisa melanjutkan pengolahan produk ini agar bisa mendapat bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat.

Hal yang sama juga, Endang Ismanto dan Andriani Kadir adalah 2 peserta dari perwakilan masing-masing kelompok pelatihan mengaku sangat senang dengan adanya kegiatan pelatihan pengolahan kerupuk cumi.

Sebagai peserta mereka berdua tidak kesulitan mengikuti materi maupun demonstrasi yang dilakukan oleh pemateri. Dan bagi mereka pelatihan ini sangat bermanfaat bagi mereka kelompok UMKM dan ibu nelayan karena menambah wawasan dan pengetahuan mereka.

Implementasi pembuatan kerupuk cumi di bagi atas 2 kelompok karena dalam pembuatan kerupuk cumi ada 2 variasi yaitu dengan tinta dan tanpa tinta. Masing-masing kelompok mendapatkan alat dan bahan dalam pembuatan kerupuk cumi.

Hasil pembuatan kerupuk cumi ada 2 variasi warna yaitu kerupuk cumi tanpa tinta (berwarna putih) dan dengan tinta (berwarna hitam). Kegiatan pelatihan ini berjalan lancar dengan antusias peserta yang tinggi.

Harapannya dengan kegiatan pelatihan ini, menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan masyarakat dalam pengolahan kerupuk cumi dengan memanfaatkan cumi sebagai sumberdaya non ikan yang ada di kelurahan togafo agar meningkat pendapatan dalam keluarga. (**)

Editor : Uku

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *