
Bahlil Lahadalia “Dari Lorong Kampung ke Ruang Kabinet”
Oleh:
Zulfikar K. Akbar Langkara
DI TENGAH, arus besar politik nasional yang masih banyak diwarnai oleh wajah-wajah lama dan garis keturunan elite, hadirnya sosok Bahlil Lahadalia menawarkan cerita yang berbeda. Ia bukan anak tokoh, bukan pewaris dinasti politik, dan tidak pula berasal dari lingkaran elite. Ia lahir dan besar di kampung, sebagai anak seorang sopir angkot, dan tumbuh dengan segala keterbatasan yang hari ini menjadi kekuatannya.
Perjalanan Bahlil ke panggung nasional adalah bukti konkret bahwa politik yang meritokratis masih mungkin terjadi. Bahwa seseorang yang tidak memiliki privilege, tetapi punya keberanian, kerja keras, dan kapasitas, tetap bisa menembus ruang-ruang kepemimpinan nasional. Inilah pelajaran penting yang perlu dicatat dan diwariskan, terutama kepada generasi muda yang tumbuh tanpa koneksi, tanpa akses awal, dan tanpa nama besar di belakang mereka.

Dari Lorong Kampung ke Ruang Kabinet
Bahlil bukan sekadar sukses meniti karier sebagai pengusaha. Ia juga membuktikan kapasitas kepemimpinannya dalam organisasi, mulai dari aktivis mahasiswa di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dunia kewirausahaan bersama HIPMI, hingga dipercaya memimpin Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan kemudian menjabat sebagai Menteri Investasi hingga kini menjabat sebagai Mentri ESDM.
Bukan hanya itu, ia dipercayakan sebagai ketua satgas Hilirasi. Memang secara logika Bukan hal yang mudah. Bahkan, yang menarik bukan hanya posisinya, melainkan narasi perjuangannya yang membalik logika umum tentang siapa yang “boleh” masuk politik. Banyak anak muda hari ini memandang politik sebagai arena yang tertutup, elitis, penuh intrik, dan hanya bisa diakses oleh mereka yang “punya jalan”. Sosok Bahlil hadir sebagai bantahan hidup terhadap anggapan itu.
Kepemimpinan Bahlil justru mengakar dari pengalaman-pengalaman marjinal. Ia tahu rasanya hidup susah. Ia tahu bagaimana kerasnya mencari akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan peluang. Maka ketika ia berada dalam posisi pengambil kebijakan, keberpihakannya terlihat jelas terutama dalam hal pembukaan investasi yang inklusif, pemberdayaan UMKM, dan memperkuat ekonomi di luar Jawa.
Yang paling penting dari figur Bahlil bukan hanya jabatannya, tetapi pesan diam-diam yang ia bawa bahwa anak Muda, anak non-tokoh punya hak yang sama untuk bermimpi besar. Dalam masyarakat yang masih sering menilai seseorang dari asal-usul dan silsilah, ini adalah pesan yang radikal dan membebaskan.
Bagi generasi muda kisah Bahlil adalah undangan untuk tidak merasa kecil, minder, apalagi apatis. Justru karena tidak punya privilege maka keberhasilan seorang anak kampung memiliki daya inspirasi yang jauh lebih luas dan otentik.

Tentu, keberhasilan ini tidak terjadi secara instan. Dibutuhkan kombinasi keberanian, kedisiplinan, dan keteguhan dalam menjaga nilai perjuangan. Dan di tengah arus pragmatisme politik hari ini, kehadiran pemimpin seperti Bahlil yang tidak sekadar menjabat tapi juga memberi makna menjadi sangat langka dan berharga.
Kini, ketika Bahlil aktif di ruang partai politik, perannya menjadi lebih strategis. Ia tidak hanya menjadi representasi dari keberhasilan individu, tapi juga menjadi simbol bahwa partai politik bisa menjadi ruang regenerasi yang lebih terbuka dan inklusif.
Sudah terlalu lama partai politik diasosiasikan dengan ruang yang eksklusif (tertutup) bagi mereka yang tidak memiliki hubungan darah atau akses elite. Padahal, seharusnya partai adalah tempat menempa kader, bukan menurunkan tahta. Kepemimpinan Bahlil mengingatkan kita bahwa partai bisa menjadi alat perjuangan, bukan sekadar kendaraan pencalonan.
Untuk itu, penting bagi partai-partai, termasuk Partai Golkar yang terus berbenah, untuk menjadikan figur seperti Bahlil sebagai referensi regenerasi. Bukan hanya karena dia muda dan berhasil, tetapi karena ia membawa semangat meritokrasi, keberpihakan kepada akar rumput, dan narasi yang membangkitkan harapan.
Di tengah krisis kepercayaan terhadap politik, publik membutuhkan figur-figur otentik, pemimpin yang lahir dari bawah dan tidak melupakan asalnya. Sosok seperti Bahlil Lahadalia tidak hanya menjadi inspirasi, tetapi juga pengingat bahwa demokrasi akan kuat jika diberi napas perjuangan yang jujur dan inklusif.
#PartaiGolkar

#BSNPartaiGolkar
#SuaraGolkarSuaraRakyat
#GolkarSolidIndonesiaMaju