ads
ads
ads

“Unipas Untuk Siapa” ?

Oleh ;

Arafik A Rahman 

MARI, kita diskusi dengan pikiran dan intuisi yang jernih tanpa obat penenang atau minuman pemicu dengki. Beberapa hari ini saluran grup WhatsApp dan Facebook ramai terpampang narasi pro-kontra tentang kebijakan “beasiswa” untuk dan tidak terhadap mahasiswa yang out atau in di universitas Pasifik Morotai.

Saya menulis narasi ini tanpa ada neko-neko apapun, tak berat ke istana atau sebaliknya bukan pesanan Barbarian. Tetapi penting untuk sejenak berbagai pikiran meski hanya dipandang sebagai opini biasa. Soal ihwal tujuan pendidikan saya kira sebagian besar dari kita sudah paham. Bahwa semua itu adalah tentang upaya memajukan peradaban manusia.

Tetapi substansinya adalah tentang cutting scholarship dan priority scholarship: kebijakan pemutusan dan memprioritaskan beasiswa kepada teman-teman mahasiswa yang berstudi di Universitas Pasifik. Di luar dari itu, kecuali dengan kriteria tertentu. Ini menarik, selain cita rasa dan selera pemimpin ada juga strategi pembangunan Unipas yang saya kira sejak awal semangat pendirian itu disematkan, tumbuh dan berkembang hingga saat ini.

Tetapi, bahwa teman-teman yang berkuliah di luar Morotai bukan berarti diabaikan secara leadership. Namun ada komitmen yang hendak direalisasikan sejak awal kepemimpinan ini. Jika dihentikan untuk beasiswa di luar Morotai siapa yang salah?. Apakah kontraknya tertuang dalam Perda atau?. Ataukah kebijakan mana yang tertuang dalam visi-misi; fokus pengembangan Unipas atau fokus pemberian beasiswa di dalam, di luar daerah dan untuk semua yang berkuliah dimana saja?.

Jawaban yang paling populis adalah “untuk semua yang berkuliah dimana saja tanpa ada tebang pilih. Maka muncul pertanyaan baru “Unipas untuk siapa?” Pertanyaan ini tak cukup dijawab dengan jalan etimologis tetapi ia mesti dengan pisau analisis kronologis dan historis yang bisa saja transenden melampaui batas nasionalisme dan demokratisasi. Seperti sejarah pendirian universitas “Akademi di Athena” yang gagas oleh Plato tahun 387 SM, atau “Harvard University di Amerika Serikat tahun 1636”.

Pendirian universitas Akademi di Athena bertujuan agar suatu saat nanti orang-orang bisa mencari kebenaran melalui dialektika, tak tersandera dengan doktrinasi, dogmatisme dan sadar bahwa perbudakan itu tindakan yang menistakan keadilan dan kemanusiaan. Yang paling spektakuler adalah mimpi Plato tentang negara harus dipimpin oleh seorang pemikir “the king of filosofi” dalam konsep “negara Utopia” negara yang adil, makmur dan sejahtera.

Itu menurut Plato meski sebelumnya ia tak setuju dengan penerapan demokrasi secara langsung seperti yang kita terapkan saat ini. Namun setidak dialah yang membuka tirai untuk revolusi di abad pertengahan di Eropa dan bermuara hingga hari ini. Bertolak dari kisah Akademia, saya kira tak ada yang salah jika kita samakan dengan motivasi pendirian Universitas Pasifik di Pulau Morotai.

Bahwa ada upaya kedaruratan terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) sehingga kehadiran Unipas dianggap urgent; segera, cepat dan harus. Ia merupakan bagian yang integral dalam tuntutan pemekaran kabupaten Pulau Morotai tahun 2008 dengan beberapa tujuan yaitu:

1. Memperpendek rentang kendali pelayanan pendidikan; menghadirkan Unipas adalah upaya mendekatkan atau memotong jarak tempuh teman-teman yang mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Artinya dulu kita harus ke Ternate, sekarang sudah ada Unipas di kampung halaman anda.

2. Menjadi Morotai sebagai simpul baru di sektor pendidikan, dengan menyiapkan fasilitas dan layanan yang berkualitas dan terjangkau bahkan gratis untuk siapa saja asalkan datang ke Morotai.

3. Memprioritaskan putra-putri Pulau Morotai, tetapi juga terbuka untuk siapa saja asalkan ber-ktp Morotai sehingga ada multiplayer efek.

4. Agar kelak sumberdaya itu, bisa di-distribusikan di berbagai bidang pemerintahan yang dibutuhkan dalam jangka yang singkat.

5. Tentang Indeks pembangunan manusia; penciptaan pola laku masyarakat yang intelektual, mandiri dan siap menghadapi misi globalisasi dan digitalisasi.

Kenapa pendirian Unipas sangatlah penting bagi pemerintah saat itu?. Sebab pendidikan adalah satu-satunya jalan pintas untuk membangun peradaban manusia. Kita tak boleh nafikan bahwa semua kemajuan dari era Yunani kuno, renaisans dan digitalisasi hari ini diawali dari pendidikan itu sendiri. Di dalamnya ada pembelajaran untuk menjadi kritis dan berpikir filosofis. Penelitian untuk melahirkan pemikiran baru dan penemuan baru sebagai seorang ilmuwan dan pengabdian kepada sesama, masyarakat, bangsa dan negara.

Kembali ke Unipas, secara historis saya kira, ada banyak jurang terjal dan lorong-lorong gelap yang dilalui di awal-awal pendirian Unipas. Kalau tidak yakin silahkan tanya ke mereka yang berdarah-darah dalam pengurusan dokumen. Dibalik perjuangan itu, ada tangan yang tersembunyi, ada ketulusan dan keikhlasan. Ada pengorbanan dari beberapa petinggi dan ada sutradaranya yang men-drive misi tersebut, yaitu bapak Rusli Sibua.

Kebetulan saat itu beliau sebagai Bupati Pulau Morotai di periode pertamanya bersama Weny R Paraisu. Kemudian kepala dinas pendidikan saat itu pak Ramly Yaman yang bolak balik kesana kesini, ke Jakarta ke Ternate dan ke Morotai sampai Unipas sukses didirikan sekitar tahun 2013. Memang begitu setiap tujuan yang baik pasti memiliki tantangan dan pengorbanan yang besar.

Seperti yang terjadi di Amerika Serikat, kita hanya terpukau dengan nama “Harvard university” padahal dibalik pendirian Harvard, ada seseorang yang berdarah-darah, paling berjasa. Dia adalah Jhon Harvard. Ia menyumbangkan separuh kekayaannya dan 400 buku bacaan untuk perpustakaan Harvard. Namanya dipakai untuk nama universitas sebagai nobel penghormatan kepadanya. Dari Jhon Harvard menjadi Harvard University.

Dari situ, kita dapat mengurai jawaban dari pertanyaan “Unipas untuk siapa? Hemat saya Unipas hadir untuk semua orang yang mau berkuliah di Pulau Morotai. Unipas datang untuk mendekatkan dirinya kepada putra-putri Pulau Morotai. Pemerintah berupaya memberikan layanan yang berkualitas dan terjangkau bila perlu semua gratis. Jika ada yang mau kuliah di luar Morotai silahkan tetapi aksesnya tak semudah dengan Morotai (semua dapat beasiswa).

Saya sependapat dengan kebijakan, beasiswa penuh kepada mahasiswa di Universitas Pasifik Pulau Morotai. Yang beberapa tahun ini mungkin tertatih-tatih dengan anggaran yang ada. Mahasiswa harus membayar sebagian item kuliahnya, para dosen tercekik, haus dan lapar hanya karena menunggu gaji yang tak kunjung masuk ke kantongnya. Kini dengan kebijakan baru insyaallah semuanya terbebas.

Sementara bagi teman-teman yang kuliah SI di luar Pulau Morotai, mohon maaf terjadi pemutusan pembiayaan. Bukan soal tak peduli dan tak adil, namun keadilan juga berdasarkan komitmen dan konsistensi pemerintah dalam mendirikan sebuah universitas. Kalian juga generasi penerus Morotai tetapi pilihan anda tak berkuliah di Unipas adalah langkah yang telah pemerintah hindari dengan cara menghadirkan Unipas di tahun 2013 silam.

Jika tak ada jurusan SI di Unipas, saya sarankan agar kedepan dibuka. Tetapi soal beasiswa sekali lagi maaf hanya berlaku bagi mahasiswa Unipas. Itu konsekwensi dari komitmen memajukan Universitas Pasifik yang kita cintai bersama.

Kemudian untuk program S-II (Pasca Sarjana) dan S-III (Doktor) semoga ada beasiswa terhadap mereka agar sumberdaya kita lebih unggul, adik dan sejahtera. Dan jika ada yang berpikiran lain, monggo..! Tulisan ini sekadar opini biasa yang tak lebih sakti dari bisikan malaikat. Yang mungkin menurut anda belum substansial tetapi setidaknya saya berupaya mendekatkan-nya terhadap pertanyaan “Kenapa terjadi pemutusan beasiswa bagi yang berkuliah SI di luar Pulau Morotai?.” Jadi sekali lagi ini bukan suara dari dalam istana dan tidak ini sekadar opini biasa saja.

Namun, yang mejadi pesannya adalah tak perlu kecewa bagi teman-teman yang kuliah di luar Morotai tetap semangat. Ini konsekuensi dari kebijakan pimpinan yang fokus membangun Unipas. Ingat kata Imam Al Ghazali “belajar itu ibadah, membaca itu zikir dan menuntut ilmu adalah jihad”. Untuk teman-teman yang kuliah di universitas Pasifik Morotai teruslah belajar dan berkarya. Karena, masa depan menunggu anda yang cerdas dan baik hatinya. (**)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *