ads
ads

“Catatan akhir tahun 2024: Kopi dan Tahun Baru 2025”

Oleh ; Bung Opickh (Penulis Buku)

SEMUA, dari kita pasti familiar dengan kata “Kopi”. Secara etimologi Kopi berasal dari bahasa Belanda yaitu Koffie dan bahasa inggrisnya Coffee. Kopi adalah tanaman industri pertanian yang dijadikan minuman. Ia merupakan salah satu komoditas populer di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara. Dua spesies pohon kopi yang dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi Arabika (Coffea arabica).

Mungkin banyak sebagian orang (petani dan nelayan) memandang kopi hanya sebagai minuman biasa-biasa saja, sekadar menghangatkan tubuh, merelaksasi pikiran dan atau minum pelepas waktu senggang. Tetapi bagi kaum intelektual kopi tak sekadar minuman, ia adalah sahabat berpikir, teman membaca buku, dan bahkan sebagai sumber energi revolusi.

Tetapi saya ingin menjadikan secangkir kopi sebagai analogi dalam kehidupan kita sehari-hari. Kopi dan cangkir merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan. Kebanyakan dari kita ketika meminum kopi seringkali memilih cangkir yang mewah, sedikit orang memilih cangkir sederhana dari kaca dan sangat jarang memilih cangkir pelastik. Padahal kesemua itu substansinya adalah menikmati isi gelasnya yaitu kopi.

Teman-teman “kopi yang kita nikmati itu ibarat kehidupan yang dijalani”. Sementara gelas itu ibarat uang, harta dan tahta yang sekadar sebagai instrumen pelengkap dalam kehidupan ini. Memang uang, harta dan tahta itu penting tetapi jika tidak disyukuri atau di dapat dengan cara yang menyimpang akan merusak kualitas kehidupan kita.

Lebih baik kita fokus untuk berbuat kebaikan, mensyukuri apa yang ada di depan mata adalah sumber kebahagiaan dalam kehidupan, itulah yang saya sebut “kopi”. Jadi sebetulnya gelas bisa mewah, sederhana atau biasa saja. Tetapi jauh lebih penting adalah kenikmatan kopi itu sendiri.

Teman-teman tahun baru 2024 tak sekadar sebagai penanda pergeseran waktu dari tahun 2024 ke tahun 2025. Tetapi, ini adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi perjalanan kita setahun kemarin dan merencanakan kebaikan dan prestasi apa yang hendak kita lakukan di tahun 2025 nanti.

Ada dua perhitungan waktu yang mestinya kita ketahui, pertama dengan mengunakan kalender Masehi. Istilah Masehi (M) dan Sebelum Masehi (SM) yang merujuk pada kelahiran Nabi Isa (Yesus) atau Mesias (Masehi). Sejarah kalender Masehi berawal dari zaman Kerajaan Romawi, ketika Raja Julius Caesar memerintah.

Pada saat itu, seorang astronom Romawi menghitung lama waktu yang dibutuhkan bumi untuk mengelilingi matahari dan mendapatkan angka 365,25 hari. Kalender Masehi yang saat ini digunakan adalah kalender Gregorian, yang dikembangkan oleh Paus Gregorius XIII bersama dengan ahli fisika dan ahli astronomi. Kalender Gregorian mulai digunakan pada tahun 1582 (Https//www.Gramedia.com “Dasar Perhitungan Kalender Masehi”) .

Perhitungan yang kedua yaitu waktu Hijriyah didasarkan pada siklus sinodis Bulan; waktu yang dibutuhkan bulan untuk mengelilingi bumi dari satu posisi ke posisi yang sama. Periode dari bulan sabit hingga kembali ke bulan sabit disebut satu bulan dan berlangsung selama 29,5 hari.

Karena itu, kalender Hijriah juga dikenal dengan nama lain, yaitu tahun komariah (bulan) atau tahun. Untuk mempermudah perhitungan jumlah hari dalam satu bulan diubah menjadi 29 atau 30 hari secara bergantian. Tahun Hijriah dimulai pada tahun 622 Masehi, yaitu tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. (Https://jamiahalaziziah.dayah.id “Sejarah penetapan Awal Tahun Baru Hijriah”).

Teman-teman”waktu” adalah salah satu pemberian Tuhan yang paling istimewa dari benda-benda lainnya. Bayangkan saja tanpa waktu mungkin kita sudah mati atau tak pernah lahir ke dunia ini. Ataukah tanpa waktu tak akan ada kata “bertobat atau maaf”. Dengan waktu atau kesempatan semua pendosa bisa menjadi baik, dengan waktu kehidupan ini bisa kita ketahui dan dengan waktu setiap dari kita bisa melaksanakan tugas-tugas duniawi dan religiusitas.

Karena itu, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 5; “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya. Manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang yang mengetahui”.

Kemudian Surat Al-ashr, “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”

Dari kedua surat dalam Al-Qur’an diatas adalah bentuk ketegasan tentang perhitungan kehidupan dan mengisi waktu ini dengan sebaik-baiknya. Jadi marilah di tahun 2025 ini, kita mengintropeksi tindakan kita untuk terus berbuat kebajikan, baik secara individual maupun dalam konteks tindakan sosial.

Siapa yang menjadi pemimpin gunakanlah hati dan pikiran anda untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Begitu juga dengan mereka yang kesehariannya sebagai anggota masyarakat biasa, gunakanlah hati dan pikiran untuk terus berbuat kebaikan. Sebab hanya ada satu tiket bagi kaum religius untuk menuju ke surga yaitu “perbanyak amalan”.

Sementara bagi kaum eksistensial tugas manusia yang paling fundamental adalah berbuat kebaikan bagi manusia lainnya. Seperti kata Rene Descartes, “cogito ergo sum” aku berpikir maka aku ada. Tentu dengan berpikir manusia mengetahui eksistensinya dan dapat menempatkan posisinya yang berbeda dengan hewan. (**)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *