ads
ads

“Sepak Bola, Politik dan Butterfly Effect”

Oleh :

Bang Opickh (Penulis Buku)

 

POLITIK memang elitis, isu dan wacana yang dibangun mampu mempengaruhi pikiran dan emosional publik, dengan struktural tim dan gaya kepartaian yang di mainkan. Tetapi sepak bola jauh lebih elitis dan menghipnotis karena isunya mengalir, merembes di pikiran dan nurani publik tanpa menggunakan struktur tim dan kepartaian.

Begitulah sepak bola, satu tendangan yang menghasilkan gol di kompetisi benua lain, mampu menciptakan kebahagiaan dan kesedihan di penjurian dunia. Padahal tim yang bermain di negara lain tidak ada linier kewarganegaraan atau semacam konektifitas emosional persahabatan dengan kita.

Bahkan mereka mungkin tak pernah mengenal kita selamanya. Tetapi ketika datang kompetisi bergengsi seperti Euro, Copa America dan piala dunia. Masyarakat Indonesia dan khususnya di Maluku Utara, menjamu dengan berbagai aktivitas.

Mulai dari membeli kaos bola, memasak bendera negara yang digemari, beradunya argumentasi dan bahkan ada yang jatuh korban saat merayakan kemenangan dengan melakukan roadshow di jalanan. Apalagi fansnya kalah, kesedihan dan tangisan fanatisme bola bisa disaksikan di sekitar saya, anda, dia dan mereka yang menyaksikan pertandingan di layar kaca.

Sebaiknya yang menang pasti bahagia. Belum lagi hamburan Postulat di dinding-dinding Facebook, entah itu candaan, cacian dan sebagainya itulah sepak bola. Pengaruhnya mengalahkan dinamika politik dan demokrasi yang bergulir. Lihat saja ketika kompetitif Euro dan Copa America yang baru saja usai, menimbun, tertutup semua isu politik.

Apa faktor yang membuat sepakbola begitu dahsyat? Saya kira selain, keindahannya dan keseriusan yang dinikmati. Ternyata ada efek lain yang itu mungkin saja tak ada di dalam dinamika politik kita. Jika politik butuh visi-misi, logistik dan duit untuk menghipnotis orang. Sekali lagi, sepakbolanya tidak ada semua itu, ia epos fanatisme mengalirkan Natur tanpa ada settingan dan paksaan.

Kesemuanya itu, karena dalam sepakbola ada teori yang disebut “Butterfly Effect”. Yaitu hubungan kausalitas non linier atau sebab-akibat yang tidak berhubungan secara langsung. Artinya satu tindakan kecil yang dapat mengakibatkan peristiwa besar di tempat yang lain.

Misalnya satu kepak Kupu di hutan Amazon tetapi melahirkannya Tornado di Amerika Serikat. Contoh lain misalnya seseorang yang diasingkan di saat kecil, akan melahirkan amarah besar di masa depan atau sebaliknya ilmu yang diberikan di waktu kecil akan membentuk pengetahuan dan karakter anak di masa depan.

Teori Butterfly Effect itu, dicetuskan oleh seorang ahli meteorologi namanya Edward Lorenz. Teman-teman sepak bola adalah permainan yang sangat istimewa dari semua cabang olahraga di dunia. Serunya terletak pada seberapa baik sebuah tim menjaga gawangnya dan seberapa banyak jumlah gol yang dimasukkan ke gawang lawan.

Secara historis di berbagai literatur, ada beberapa versi tentang dimana pertama kali sepak bola itu dimainkan. Menurut Fédération Internationale de Football Association (FIFA) sebagai organisasi induk sepak bola Internasional, sepak bola berasal dari daratan Asia Timur, China, yakni pada sekitar abad ke-2 dan ke 3. Di masa Dinasti Han, masyarakat China sudah suka melakukan sepak bola dengan cara digiring dan dimasukkan ke dalam jaring kecil.

Bola yang digunakan pada masa ini terbuat dari kulit hewan. Masyarakat China dahulu menyebut olahraga yang dimainkan di atas bidang persegi ini dengan sebutan tsu chu. Menurut seorang sejarawan sepakbola Bill Murray kebangsaan Australia menyampaikan, bahwa sepak bola sudah dimainkan sejak awal Masehi. Masyarakat pada masa Mesir Kuno sudah mengenal permainan sepak bola dengan cara membawa dan menendang bola yang terbuat dari buntalan kain linen.

Sementara sepak bola modern yang kita nikmati hari ini, itu dicetuskan di Inggris. Draf awal yang dibuat dengan judul ‘Laws of the Game’ tulisan tangan asli yang dibuat atas nama The Football Association oleh Ebenezer Cobb Morley pada tahun 1863 dipajang di National Football Museum.

Tetapi, jauh sebelumnya Inggris telah memainkan sepak bola sejak abad ke-12. Sepak bola sangat disukai oleh masyarakat Inggris. Namun, selain dari tendangan, sepak bola pada masa ini melibatkan pukulan bola dengan kepalan tangan. Hal ini tentu menimbulkan berbagai kekerasan dalam pertandingan sepak bola. Sehingga Raja Edward III, sempat melarang sepak bola dimainkan pada tahun 1365.

Dalam Draf dokumen militer Inggris bahwa di era kolonialisme, permainan sepak bola sering dimainkan oleh militer Inggris yang menduduki benua Amerika. Yang saat ini telah merdeka menjadi beberapa negara Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Peru dan lainnya. Dengan menggunakan tengkorak kepala manusia sebagai Bolanya. (**)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *