Pemuda Toleran

Oleh

Arafik A Rahman (Penulis Buku) 

TOLERANSI, itu tak datang secara instan, bukan tiba-tiba turun dari langit bukan juga dongeng yang ceritanya tak ada dalam kehidupan nyata. Tetapi toleransi adalah tindakan yang lahir dari pikiran logis, dari ajaran keimanan setiap agama dalam menghargai manusia sebagai mahluk yang bebas dan berakal.

Pemuda yang toleran tidak sekadar menghargai soal-soal keagamaan, tetapi lebih dari itu menghargai suku, budaya, hak politik, perbedaan pendapat dan bahkan perbedaan selera makan pun mestinya di hargai.

Dalam konteks keimanan, toleransi merupakan hak subjektif seseorang untuk menghendaki agama mana yang terbaik baginya dan menghargai pilihan orang lain yang berbeda dengannya. Karena iman adalah akal budi yang sangat privat yang tak bisa di intervensi oleh siapapun itu? Gagasan ini harus kita sampaikan kepada anak muda hari ini dengan memahaminya secara dalam tentang ajaran agama kita sendiri dan meyakini bahwa toleransi juga hal yang prioritas.

la sebagai konsepsi untuk melihat bahwa orang lain pun punya keyakinan yang sama atau berbeda dengan kita. Berdasarkan pemahaman itu, kita akan sadar bahwa keberagaman itu pasti terjadi dan kita tidak bisa memonopoli klaim kebenaran itu. Tetapi, tidak menentang terhadap konstitusi dan Pancasila sebagai warga negara Indonesia. Problemnya adalah sanggupkah anda mengkonfirmasikan itu kepada orang lain dengan baik?

Agar perilaku peribadatan kita tak keluar dan atau menganggu syariat agama kita atau orang lain. Misalnya, yang dilakukan oleh Gumilang; bermazhab Bung Karno, dalam sholat saf nya tercampur perempuan dan laki-laki, wanita dibolehkan menjadi Imam dan khatib. Itu sebetulnya keliru dan menistakan mayoritas umat Islam Indonesia dan bahkan dunia. Sebab toleransi dalam bernegara tak boleh diadukan dengan prinsip Al-Qur’an dan Islam yang telah final ditangan nabi Muhammad Saw.

Beda hal kalau dia di negara lain mungkin bisa begitu yang dia lakukan, tetapi tak semudah membalikkan telapak tangan. Itulah kuncinya bagaimana mengkomunikasikan konsep pluralisme, kebenaran majemuk dan toleransi pada anak muda hari ini tetapi tak seperti Panji Gumilang itu.

Apalagi di era modernisasi saat ini, agama telah menjadi sebuah kebutuhan privasi yang tak dapat di intervensi oleh siapapun. Sebab memang negara menjamin untuk boleh memilih dan memilah agama apa yang mau dijadikan pedomannya tetapi sekali lagi, mestinya berdasarkan konstitusi dan Pancasila. Seseorang boleh menuhankan apa saja sepanjang itu diindahkan oleh negara.

Sebab, agama itu bermasalah ketika ia hendak menasbihkan dirinya sebagai seorang nabi dan atau memaksakan kepada orang lain memeluk agamanya, karena pemaksaan oleh satu pihak merupakan suatu upaya menghilangkan kebebasan pihak lain adalah tindakan merusak toleransi. Terlepas dari itu, toleransi merupakan sesuatu yang bebas, yang tak sekedar menghargai apa agama seseorang?

Dahulu, sebelum datangnya Islam agama sangat erat dengan birahi kekuasaan. Para pemimpin agama tak hanya mengajak orang menyembah sesuatu. Mereka mengunakan agama untuk menaklukkan pihak lain, agar tunduk. Setelah itu, mereka membuat orang atau bangsa lain mengikuti mereka, termasuk dalam hal penyembahan sehingga perang dianggap sebuah tugas atau amanat dari Tuhan.

Disisi lain banyak peperangan terjadi hanya ka untuk kepentingan mereka sendiri yang datang dari nafsu duniawi semata untuk merebut memperluas dan mempertahankan kekuasaan. Setelah agama Islam tiba barulah datang para pemimpin mengunakan perang sebagai upaya menyelamatkan rakyat mempertahankan dan memperluas wilayah yang sesuai norma kemanusiaan atau yang disebut perjuangan suci.

Misalnya kisah tentang penaklukan benteng Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih atau kisah perang Yerusalem yang dipimpin Salahuddin. Penaklukan kedua kota tersebut penuh dengan penerapan hukum Islam anak kecil dan wanita disiarkan hidup para petani dan nelayan yang menyerah dibiarkan, bahkan semuanya diberikan kebebasan untuk kembali ke rumah mereka masing-masing dengan damai.

Begitulah gambaran perang yang tak didasarkan pada nafsu duniawi semata. Kedua kisah perang tersebut dapat dikatakan bahwa Islam jauh sebelumnya telah menerapkan kehidupan yang toleransi. Pemuda han ini mesti memahami toleransi adalah sebuah pemikiran purba yang harus dijaga kelestariannya, kita tak perlu mendiskreditkan apalagi membenci seseorang karena dia berbeda agama atau suku.

Dengan menjunjung toleransi anda merupakan pemuda yang berpikir positif bermental patriot, berwawasan luas dan bijaksana. Taukah anda bahwa membenci itu tidak memberikan efek apa-apa kepada orang lain, karena orang yang kau benci tak merasakan apapun. Dalam banyak kasus ia hidup damai dan bahagia. Yang merasakan penderitaannya adalah kamu sendiri. Rasa benci menguras energi dan menandakan bahwa anda adalah orang yang bermental negatif. (**)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *