“Pentingnya Merasa Cukup dan Sederhana”

Oleh:

Azis Husen

(Akademisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara) 

 

BAGI sebagian orang, hidup sederhana menjadi sumber kebahagiaan tersendiri. Hidup sederhana atau minimalis, mengajarkan kepada kita untuk selalu merasa cukup dengan hal apapun yang dimiliki. Konsep hidup sederhana adalah perilaku yang disesuaikan dengan kondisi sesungguhnya. Perilaku atau gaya hidup minimalis ini lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan utama seperti makanan yang bergizi, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan.

Konsep hidup secara sederhana ini, membuat seseorang menjadi lebih sehat dan baik. Kehidupan modern sering kali menghadirkan tekanan untuk terus-menerus mencari lebih banyak, mencapai lebih banyak, dan memiliki lebih banyak. Keinginan ini, seringkali membuat banyak orang merasa tidak pernah cukup dan terjebak dalam siklus yang tidak pernah berakhir. Namun, Islam mengajarkan sebuah konsep penting yang dapat membantu mengatasi masalah ini, yaitu “Merasa Cukup” dan hidup sederhana.

Mari kita eksplorasi manfaat hidup sederhana menurut ajaran Islam. Keseimbangan dan Harmoni: Hidup sederhana dalam Islam mengajarkan pentingnya mencari keseimbangan dan harmoni antara kebutuhan fisik dan rohani. Ini mencakup pengendalian hawa nafsu dan keinginan berlebihan yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam kehidupan seseorang. Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan kita untuk “makan dan minum, dan jangan berlebihan. Sesungguhnya, Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan” (Al-A’raf: 31).

Kepuasan hidup sederhana dalam Islam juga mengajarkan konsep “qana’ah,” yang berarti merasa puas dan bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Kaya itu bukanlah memiliki harta dan harta banyak, tetapi kaya itu adalah jiwa yang sejahtera dan hati yang merasa cukup” (Sahih Al-Bukhari). Ini menegaskan bahwa kekayaan sejati bukanlah berasal dari harta benda, tetapi dari kepuasan hati. Hubungan yang Kuat: Hidup sederhana dalam Islam juga berdampak positif pada hubungan sosial. Ketika seseorang tidak terlalu terjebak dalam dunia materi, ia lebih cenderung untuk menghargai hubungan, keluarga, dan komunitas. Hidup sederhana mendorong kita untuk lebih banyak berbagi dan peduli terhadap sesama, sesuai dengan ajaran Islam tentang sedekah dan kepedulian terhadap yang kurang beruntung.

Kesehatan Mental dan Emosional kebahagiaan sejati seringkali ditemukan dalam hidup yang sederhana. Terlalu banyak harta dan keinginan yang tidak terbatas dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Islam mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan mental dan emosional dengan merasa cukup dan bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah. Perlindungan dari Sifat Tamak dan Serakah: Sifat tamak dan serakah adalah sifat yang dihindari dalam Islam. Hidup sederhana membantu melindungi individu dari sifat-sifat tersebut. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Ketamakan tidak pernah mengenyangkan seseorang. Barangsiapa yang memiliki dua lembah yang penuh dengan emas, dia pasti akan menginginkan yang ketiga” (Sahih Al-Bukhari). Hidup sederhana membantu melawan sifat tamak ini.

Keberkahan dalam Kehidupan dalam Islam, terdapat keyakinan kuat bahwa menjalani hidup dengan sederhana membawa keberkahan. Allah SWT berjanji dalam Al-Quran bahwa mereka yang bersyukur dan hidup sederhana akan menerima lebih banyak berkah. “Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepada kamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Ibrahim: 7).

Berikut perspektif Hidup sederhana menurut Buya Hamka 

Pertama, sederhana dalam niat, “Tidak usah berniat hendak jadi raja. Tidak perlu bercita-cita jadi orang berpangkat dengan gaji besar, akan mengharapkan bintang yang akan dihiaskan di dada. Yang perlu ialah meluruskan niat. Sebagai makhluk hidup, kita harus berjasa kepada kehidupan. Sebagai laki-laki kita harus tegak pada garis laki-laki. Sebagai manusia, kita harus mempunyai kemanusiaan. Jika telah cukup kemanusiaan, walaupun kaya atau papa, termasyhur atau tidak terkenal, semuanya hanya warna hidup belaka, bukan hakikat hidup. Hakikat hidup adalah, tujuan, niat suci dan sederhana itu.”

Kedua, sederhana dalam berpikir. Untuk tercapainya perlu niat hidup yang suci, teratur urusan hidup kita, tercapai keselamatan hidup di dunia yang fana, menjelang akhirat yang baka, hendaklah kita mementingkan pikiran kita sendiri. Pikiran yang matang dapat membedakan yang gelap dengan yang terang, yang hak dengan yang batil. Dapat membuang jauh-jauh pendapat yang salah dan pendirian yang curang. Kalau tidak dengan pikiran yang teratur beres, tidaklah lahir kemanusiaan yang sempurna dan tidak pula akan maju langkah menuju kemuliaan dan ketinggian.

Yang amat berbahaya bagi hidup ialah pikiran yang tidak tegak sendiri, yang hanya berlindung atau terpengaruh oleh pikiran orang lain. Kekuatan hanya apabila ditolong orang lain. Tidak dapat dibiarkan hidup sendiri. Tak ubahnya dengan rumput yang tumbuh di bawah naungan pohon beringin, hidup segan mati tak mau, sebab dia tidak mendapat cahaya yang langsung dari matahari.” Jadi, berpikirlah sederhana dan selalulah menjaga tiga hal, yakni tawakkal kepada Allah, menghidupkan cita-cita dalam hati, dan berbaik sangka kepada sesama manusia.

Hidup sederhana dalam Islam tidak berarti menolak segala jenis kekayaan atau kebahagiaan dunia. Namun, ia mengajarkan cara untuk menjalani kehidupan dengan penuh kesederhanaan, menghindari keserakahan, dan merasa puas dengan apa yang telah diberikan Allah. Dengan hidup sederhana, seseorang dapat mencapai keseimbangan, kebahagiaan sejati, dan berkah dalam hidupnya, sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam. (**)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *