
“Jejak Kasman : Dari Mimbar Ilmu ke Panggung Kepemimpinan”
Oleh ; Arafik A Rahman
“Negeri akan makmur jika diurus oleh orang-orang berilmu yang berakhlak,” (Ibnu Khaldun)
Di Jantung Halmahera Utara, di desa kecil bernama Gorua yang dipeluk oleh sunyi dan harapan, seorang anak lahir pada 5 September 1970. Namanya Kasman Hi. Ahmad, yang kelak menjelma menjadi sosok berintegritas, intelek, dan peduli: tiga karakter utama yang menjadi tiang pancang sebuah peradaban.
Berlatar keluarga sederhana, Kasman tumbuh dengan keyakinan kokoh, dan pendidikan adalah satu-satunya perahu untuk menyeberang samudra kehidupan yang deras dan penuh batu karang. Di usia muda, ia sudah terbiasa memeluk buku, menyulam mimpi dalam sunyi malam dan menjadikan ilmu sebagai teman yang setia, lebih setia dari sekadar takdir.
Langkah pendidikannya dimulai dari Institut Agama Islam Negeri Ternate (S.Ag.), berlanjut ke Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (M.Pd.) dan dituntaskan dengan menyandang gelar doktor dari Universitas Negeri Jakarta. Ini bukan sekadar deret gelar, melainkan perjalanan spiritual yang mengukir kedalaman pikiran dan ketajaman kepekaan sosialnya.
Ketika dunia pendidikan mengalami kekeringan keteladanan, Kasman datang membawa oase. Ia pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku Utara selama dua periode (2009–2013 dan 2013–2015). Di tangan dinginnya, kampus tak hanya menjadi ruang kuliah, tapi taman ilmu dan kebajikan.
Ia tidak sekadar rektor yang mengatur administrasi; ia adalah pembelajar sejati. Ia membaca, menulis, berdiskusi, dan berdiri di podium bukan untuk menampakkan kuasa, melainkan menyebarkan cahaya. Ia membuktikan bahwa seorang pemimpin pendidikan tidak hanya duduk di belakang meja, tapi harus hadir di tengah denyut nadi mahasiswa.
Ketika banyak orang menganggap politik adalah medan kotor, Kasman menjadikannya ladang amal. Ia bukan politisi karbitan, tapi pejuang yang lahir dari pergulatan panjang. Di tahun 2024, ia mendampingi Piet Hein Babua dalam kontestasi Pilkada Halmahera Utara, dengan meraih 37.775 suara (36,17%). Kini ia resmi dilantik sebagai Wakil Bupati Halmahera Utara untuk masa jabatan 2025–2030 oleh Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda di Sofifi.
Dari balik jabatannya, ia menjahit harapan rakyat, satu demi satu. Ia percaya, politik adalah seni menebar kemaslahatan. Integritasnya bukan pajangan di baliho tapi terlihat dari keputusannya yang adil, kehadirannya yang nyata dan sikapnya yang tak berubah sejak dahulu: sederhana, bersahaja tapi kokoh dalam prinsip.
Sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Maluku Utara, Kasman tidak hanya hadir dalam ruang ilmiah. Ia juga seorang pendakwah yang namanya akrab di masjid, mimbar, hingga forum diskusi mahasiswa. Ceramahnya bukan provokasi, melainkan undangan untuk berpikir dan memperdalam iman. Seperti kata Imam Al Ghazali, “Ilmu tanpa amal adalah kegilaan. Amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan.”
Ia dekat dengan anak-anak muda di Ternate, Halmahera Utara, Pulau Morotai dan kabupaten kota lainnya. Dalam setiap perjumpaan, ia tak pernah datang sebagai penguasa tapi sebagai sahabat, pembimbing, dan pendengar. Baginya, generasi muda adalah ladang masa depan yang harus disiram dengan ilmu, etika dan visi besar.
Di antara barisan pemimpin lokal, Kasman Hi. Ahmad adalah satu-satunya yang menyusun buku, membaca buku dan menulis dengan tangan sendiri. Ia bukan sekadar membaca naskah kebijakan tapi juga puisi, sejarah, filsafat dan tafsir. Namanya harum di kalangan dosen, guru, pustakawan dan penulis lokal.
Literasi dan kepemimpinan, dua hal yang langka bersatu, telah menyatu dalam dirinya. Ia menulis bukan untuk terkenal, tapi untuk meninggalkan jejak-jejak pemikiran yang akan hidup lebih lama dari usia manusia. Dalam sosok Kasman Hi. Ahmad, kita melihat refleksi pemimpin ideal dalam bingkai keindonesiaan dan keislaman.
Ia bukan pemimpin yang mencari kursi, tapi kursi yang datang karena rakyat percaya. Ia bukan pemimpin yang memburu pujian, tapi pujian datang karena ketulusannya terlihat. Ia berdiri di persimpangan zaman, membawa kitab ilmu di tangan kanan dan pedang integritas di tangan kiri. Ia tahu bahwa membangun daerah tak cukup dengan APBD, tapi harus dengan visi yang jernih dan hati yang lapang.
Dalam dunia yang sering kehilangan teladan, Kasman Hi. Ahmad adalah nyala kecil yang tak padam. Ia berjalan pelan, tapi pasti. Ia bicara lembut, tapi berdampak kuat. (**)